Pre Order edisi tanda tangan penulis
Diskon 15%
Persediaan terbatas!
Sistem ekonomi dan pembangunan di Indonesia sudah lama dalam sorotan B.J. Habibie dan sering diucapkannya dalam berbagai kesempatan. Ia melontarkan kritik. ‘Kritik’ ini, sudah pula disampaikan kepada Presiden Soeharto, dengan menyebut bahwa, “Aktor ekonomi kita di Indonesia salah menafsirkan ekonomi Pancasila menjadi ‘early primitive capitalistic dirty economy’. “ Kritikan keras B.J. Habibie terlontar kala ia melihat praktik pengelola ekonomi negara yang dinilainya masih seperti model “kapitalisme kotor”, yang hanya mengincar keuntungan semaksimal mungkin, tetapi lupa bahwa kita ini sedang membangun bangsa, bukan mendirikan sebuah bank yang secepat kilat memberikan keuntungan. Presiden Soeharto hanya tersenyum menjawab, “Semua negara juga melalui tahapan ini.”
Itulah gambaran dialog antara Habibie dan Soeharto, yang menggambarkan betapa kompleks dan berwarnanya hubungan kedua tokoh Indonesia tersebut. A. Makmur Makka membingkai relasi itu dalam serangkaian tulisan yang mengajak kita memandang keduanya dari perspektif lain.
Endorsement:
“Saya murid di bidang politik dan kearifan dari Pak Harto. Saya tidak boleh dan tidak akan merasa pintar sendiri. Sebelas tahun, saya belajar dari orang bijaksana ini dengan kerendahan hati, bagaimana mengendalikan Indonesia, pemerintahannya, pembangunannya, wawasannya, bahkan juga impian-impiannya. Oleh karena itu, harap dimengerti kalau saya bukan hanya memahami, tetapi juga mengagumi kepemimpinan beliau. Seperti halnya saya mengagumi tokoh-tokoh besar lainnya: Sukarno, Sumitro Djojohadikusumo, dan Widjojo Nitisastro.”
—B.J. Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia