Seandainya Saya Wartawan Tempo
SETIAP tempat kerja adalah juga sebuah tempat belajar. Di mana saja. Di ruang-ruang kantor TEMPO, belajar adalah bagian dari tugas sehari-hari. Ini bukan sekedar sebuah catatan nostalgis tentang sebuah majalah yang kami kerjakan dan kami rawat baik-baik dan kemudian dibunuh pemerintah. Jika saya katakan belajar adalah bagian dari tugas, agaknya itu lumrah bagi TEMPO: TEMPO, sebagai majalah berita mingguan, adalah semacam pipa saluran: informasi mengalir masuk lewat pita rekaman wawancara, fotografi, hasil reportase dari lapangan, hasil riset perpustakaan, data dan cerita dari pusat berita di luar negeri. Setiap kali anggota-anggota redaksi harus menulis laporan atau menyusun cerita untuk pembaca, setiap kali mereka harus mengurai dan memberi bentuk pada informasi yang bersliweran itu. Mau tidak mau, proses belajar berlangsung di sini. Dengan intensif.