Tak Tok Tak Tok
Kereta kuda yang dikusiri Sumantri memboyong Dewi Citrawati, calon permaisuri Bosnya, ke Negeri Maespati. Konon, jalan ke Maespati memang suka tak terduga. Di tengah jalan, Sumantri melihat mawar jatuh. Hatinya kasmaran. Siapa yang peduli mawar itu berwarna hitam atau merah, begitu pula jika putih ..., kecuali perasaannya tidak bekerja. Dan seperti umumnya orang yang kasmaran, Sumantri buta jalan. Menurut nalurinya, setiap jalan yang impossible, itulah jalan ke pernikahan.
O, Citrawati ketakutan. Kuda-kuda itu belum pernah dilatih melewati jalan yang tak masuk akal!
Tapi, bagi Sumantri, jalan yang tak masuk akal adalah jalan yang indah.
Jalan yang indah adalah jalan menuju pernikahan.
Dan jalan menuju pernikahan itu ...
tidak ada latihannya.
La la la ....
“Serat Tripama gubahan Sujiwo Tejo adalah sebuah novel grafis yang menyastrakan komik melalui setiap titik dan garis dalam ketergambarannya. Pada novel grafis, gambarberfungsi menceritakan dirinya sendiri, dan contoh terbaik penceritaan itu ada pada Serat Tripama ini.”
—Seno Gumira Ajidarma.
INTI CERITA
Kisah perjalanan makrifat Sumantri menuju“Yang berada di atasnya langit”. Maka, Sumantri memulai perjalanannya untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Raja dari Negeri Mespati, Arjuna Sasrabahu. Untuk sampai ke negeri Maespati, Sumantri dibantu oleh Tukang Perahu, yang kemudian membantunya menembus ke dalam penjagaan kerajaan Maespati.
Singkat cerita, oleh sang Prabu, Sumantri diutus untuk memboyong dewi Citrawati dari kerajaan Magada untuk dijadikan permaisuri.
Perjuangan Sumantri merebut Dewi Citrawati tidaklah mudah, karena di Negeri Magada, para raja dari berbagai negara sudah lebih dahulu berperang memperoleh gelar juara demi bisa memperistri Citrawati. Pada detik-detik kemenangan Raja Negeri Widarba, Prabu Darma Wisesa, Sumantri muncul menantang Prabu Darmawisesa untuk berduel dengannya. Negeri Magada kembali ramai oleh perang. Pertempuran antara Prabu Darmawisesa dan Sumantri berlangsung riuh! Dewi Citrawati enggan berkedip. Tentu saja dia berharap Sumantri yang menang.
Seperti yang bisa ditebak, Sumantri berhasil memenangkan pertarungan. Dia pun memboyong Dewi Citrawati ke Maespati melalui jalan yang tak masuk akal. Di tengah perjalanan yang dikepung mendung, Citrawati mampir mandi dan keramas di sebuah telaga. Sumantri bertugas menjaganya. Namun, tiba-tiba Citrawati menjerit, karena ada cacing yang lewat di dekat dia mandi. Sumantri bergegas menenangkan. Di saat yang sama, Sumantri yang sedari tadi menundukkan kepalanya melihat mawar hitam jatuh. Dia tidak bisa membiarkan mawar hitam jatuh, maka dipindahkanlah mawar itu ke tangan Citrawati. Sumantri dan Dewi Citrawati saling jatuh cinta....
Cinta Sumantri kepada Citrawati membuatnya buta arah. Maka dikirimlah surat tantangan duel untuk rajanya, Arjuna Sasrabahu. Pecahlah perang di antara Sumantri dan Prabu Arjuna Sasrabahu memperebutkan Citrawati....