Vaksinasi, imunisasi, ... haruskah? Mengapa? Apa saja? Bagaimana? Kapan?
Dokter spesialis anak yang sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun dan Pengurus Pusat IDAI ini memaparkan dengan gamblang lewat bahasa yang ringan:
Tak hanya itu, buku menarik ini dilengkapi dengan penjelasan tentang:
Mari, buka pikiran dan tetapkan hati untuk hidup sehat berkualitas.
Prakata
Beberapa waktu belakangan, marak seruan antivaksinasi yang bermotifkan isu agama. Isu yang diembuskan adalah menyangkut kehalalan dan keamanan vaksin. Mereka sangat giat menyebarkan pemahamannya, baik di ranah media sosial maupun di pelosok, melalui berbagai forum, seperti majelis taklim di masjid-masjid. Masyarakat awam pun mudah memercayai seruan ini karena sensitifnya isu halal dan haram vaksin.
Vaksin yang beredar saat ini diduga mengandung babi. Karenanya, ada kelompok masyarakat yang memvonisnya haram. Namun, tidak ada satu pun ulama yang mengatakan vaksin haram, begitu juga tidak ada fatwa MUI yang menyatakan bahwa vaksin itu haram.
Selain itu, isu bahwa vaksin mengandung zat kimia beracun pun diembuskan kencang. Hal ini diakhiri dengan imbauan agar masyarakat kembali menggunakan pengobatan ala Nabi (thibbun nabawi) dan melarang penggunaan obat kimia dan vaksin yang merupakan buatan manusia. Umat diimbau agar menggunakan zat alamiah seperti obat herbal dan tidak lagi memakai obat-obatan modern. Alasannya, karena herbal itu buatan dan “racikan” Allah Swt. sendiri, sedangkan obat modern dan vaksin itu murni buatan manusia.
Lalu, ada tuduhan bisnis besar di balik penjualan obat modern dan vaksin yang menggunakan dokter dan tenaga kesehatan lain sebagai agen-agennya. Ditambah dengan teori konspirasi bahwa vaksin adalah senjata Yahudi untuk melumpuhkan generasi Muslim, lengkaplah sudah kegalauan masyarakat terhadap vaksinasi.
Buku ini akan membahas secara ringkas pandangan agama (dalam hal ini Islam) terhadap vaksinasi dan imunisasi.[]