BILLY 24 Kepribadian Billy Milligan dalam Satu Tubuh

Rp. 125,000

Rp. {{ formatPrice(priceCheck.pdf.price) }}

(Pdf) +

Rp. {{ formatPrice(priceCheck.hard_copy.price) }}

(Hard Copy)
Type
Qty Stock : Available
Qty
Stock : 5
Note
Mizan Store
Jakarta
4.5

Pada akhir 1970-an, Amerika digemparkan oleh kasus pidana Billy Milligan. Dia dituduh melakukan penculikan dan pemerkosaan 3 wanita di kampus Ohio State University. Billy mengaku tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa. Setelah diperiksa secara menyeluruh, dia didiagnosis mengidap kepribadian majemuk. Tidak hanya dua atau tiga, melainkan dua puluh empat kepribadian. Billy adalah kriminalis pertama yang dibebaskan dari penjara atas dasar alasan kegilaan, dan dia kemudian menghabiskan sepuluh tahun dirawat di berbagai rumah sakit jiwa. 

Bagaimana
orang berkepribadian terpecah seperti Billy bisa terlahir? 

Bagaimana dia menjalani kehidupan
, dan bagaimana dia keluar dari penderitaannya?





Pengantar
Buku ini berisi riwayat hidup faktual William Stanley Milligan hingga kini, orang pertama dalam sejarah Amerika yang dianggap tidak bersalah atas berbagai tindak kriminal serius, dengan alasan dia tidak waras, karena dia memiliki kepribadian majemuk.

Tidak seperti tokoh-tokoh berkepribadian majemuk lainnya dalam karya tulis populer maupun psikiatris, yang namanya dirahasiakan dan diceritakan dengan nama samaran, Milligan menjadi sosok yang kontroversial dalam masyarakat sejak saat dia ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan. Wajahnya terpampang di halaman depan surat kabar serta sampul majalah. Hasil-hasil pemeriksaan jiwanya ditayangkan dalam siaran berita sore dan malam di televisi serta menjadi berita utama di surat-surat kabar di seputar dunia. Dia juga pribadi majemuk pertama yang menjalani pemeriksaan cermat selama dua puluh empat jam setiap harinya sebagai pasien rawat inap di rumah sakit; berbagai temuan tentang ciri kepribadian majemuk Milligan dikukuhkan dalam kesaksian empat orang psikiater dan seorang psikolog di bawah sumpah.

Pertama kali saya berjumpa dengan lelaki berusia dua puluh tiga tahun itu adalah di Athens Mental Health Center di Athens, Ohio, tak lama setelah dia dikirim pengadilan ke sana. Ketika dia meminta saya menuliskan kisahnya, saya menjawab bahwa itu bergantung; apakah masih banyak yang belum dilaporkan secara luas oleh media. Dia meyakinkan saya bahwa orang-orang yang hidup dalam dirinya memiliki rahasia yang lebih mendalam, yang belum pernah diungkapkan ke pada siapa pun. Juga tidak kepada para pengacara dan psikiater yang memeriksanya. Kini, dia ingin seluruh dunia mengerti penyakit jiwa yang dia derita. Saya bersikap skeptis, tetapi juga berminat.

Beberapa hari setelah perjumpaan dengan Milligan, rasa penasaran saya semakin besar karena membaca paragraf terakhir artikel Newsweek yang berjudul “The Ten Faces of Billy”:

Bagaimanapun, masih ada berbagai pertanyaan yang belum terjawab: Bagaimana Milligan mempelajari keterampilan melepaskan diri gaya Houdini, yang ditunjukkan oleh Tommy [salah seorang pribadi Milligan]? Bagaimana dengan percakapan Milligan dengan para korban perkosaannya, saat dia mengaku dirinya seorang “gerilyawan” dan “tukang pukul”? Para dokter berpikir bahwa Milligan mungkin punya beberapa sosok pribadi lagi, yang belum di ketahui—dan bahwa mungkin pribadi-pribadi tersebut telah melakukan beberapa tindak kriminal yang belum terungkap.
Ketika saya bicara dengan Milligan berdua saja, selama jam berkunjung, di kamarnya di rumah sakit tersebut, ternyata Billy, seperti dia lalu biasa dipanggil, amat berbeda dengan lelaki muda yang luwes dan percaya diri, yang saya jumpai pertama kali. Kini, dia ragu-ragu dalam berbicara, kedua lututnya gemetar karena senewen. Daya ingatnya buruk, disertai masa-masa panjang yang kosong akibat amnesia. Dia bisa bercerita tentang garis besar masa lalunya secara samar-samar, suaranya bergetar saat tiba di bagian-bagian yang menyakitkan. Tapi, dia tidak begitu bisa menyampaikannya dengan terperinci. Sia-sia saya berusaha memancing keluar berbagai pengalamannya. Akhirnya, saya berniat menyerah saja.

Lalu, pada suatu hari, terjadilah sesuatu yang amat mengejutkan.

Untuk pertama kalinya, kepribadian Billy Milligan melebur, atau “terfusi”. Maka, tersingkaplah seorang individu baru, yang merupakan sosok hasil peleburan semua kepribadiannya. Milligan dalam keadaan terfusi memiliki ingatan total tentang setiap sosok pribadinya. Dia mampu mengingat secara total, mulai dari awal sosok-sosok itu tercipta—semua pikiran, tindakan, hubungan yang dijalin, pengalaman tragis, dan petualangan lucu mereka.
Saya sengaja menyebutkan hal ini sejak awal karena saya ingin para pembaca paham bagaimana saya sanggup mencatat semua peristiwa silam, perasaan pribadi, dan percakapan tunggal Milligan. Semua bahan novel ini disampaikan kepada saya oleh Milligan yang sudah terfusi, semua sosok pribadinya yang lain, serta enam puluh dua orang yang pernah berjumpa dengan Milligan pada berbagai tahap dalam hidupnya. Adegan dan dialog disusun dari kenang-kenangan Milligan. Sesi terapi dicatat langsung dari rekaman video. Saya tidak mengada-adakan apa pun.

Ada satu masalah serius yang kami hadapi ketika saya mulai menulis, yakni mengurutkan peristiwa berdasarkan waktunya (kronologi). Karena sejak kecil Milligan sudah sering “kehilangan waktu”, dia jarang memerhatikan jam atau kalender dan malu mengakui bahwa dia tidak tahu hari atau bulan apa saat itu. Akhirnya, saya mampu menyusun kronologi berdasarkan tagihan, tanda terima, laporan asuransi, arsip sekolah dan tempat kerja, serta banyak lagi dokumen yang saya terima dari ibu, adik, majikan, pengacara, dan dokter Milligan. Walaupun Milligan jarang menanggali surat-suratnya, mantan pacar Milligan masih menyimpan beratus-ratus pucuk surat yang ditulis Milligan kepadanya selama dia dua tahun di penjara. Saya berhasil mengetahui tanggal surat-surat itu melalui cap pos pada amplop.

Selama masa bekerja, Milligan dan saya sepakat mematuhi dua peraturan dasar:

Pertama, semua orang, tempat, dan lembaga akan digambarkan dengan menggunakan nama asli, kecuali tiga kelompok yang harus dilindungi dengan nama samaran: para pasien jiwa yang lain; para penjahat yang belum diadili, yang pernah terlibat dengan Milligan pada masa remaja dan masa dewasa, yang saya tidak bisa wawancarai secara langsung; serta ketiga korban perkosaan di OSU (Ohio State University), termasuk dua orang yang bersedia saya wawancarai.

Kedua, untuk meyakinkan Milligan bahwa dia tidak akan celaka apabila ada tokoh dalam dirinya yang mengungkapkan kejahatan lain—sehingga membuka peluang dirinya ditangkap dan diadili kembali—kami setuju bahwa saya akan menggunakan “kebebasan penyair” dalam mendramatisasi adegan-adegan tersebut. Di sisi lain, tindak kejahatan Milligan yang sudah dipertanggungjawabkan di muka pengadilan, diceritakan dengan perincian yang sebelum ini tidak pernah diungkapkan.

Hampir semua orang yang pernah berjumpa, bekerja dengan, atau menjadi korban Milligan, bisa menerima diagnosis kepribadian majemuknya. Banyak di antara mereka yang ingat akan ucapan atau tindakan Milligan, yang akhirnya membuat mereka mengakui, “Tidak mungkin dia cuma berpura-pura dalam hal ini.” Ada juga orang-orang yang masih berpendapat bahwa Milligan penipu, pemain sandiwara ulung, yang menyalahgunakan alasan resmi “tidak bersalah, dengan alasan terdakwa tidak waras” untuk menghindari hukuman penjara. Saya sengaja menghubungi sebanyak mungkin orang dari kedua kelompok ini, yang bersedia bicara dengan saya. Mereka memberitahukan reaksi dan alasan mereka kepada saya.

Saya pun tetap bersikap skeptis. Hampir setiap hari saya seperti ditarik ke dua arah yang berlawanan. Tapi, selama dua tahun saya mengerjakan novel ini bersama Milligan, keraguan yang timbul saat mendengarkan cerita Milligan tentang pengalaman dan perilakunya, yang tampak mustahil, berubah menjadi rasa percaya ketika penyelidikan saya menunjukkan semua cerita itu akurat.

Rupanya, kontroversi tentang Milligan masih menyita perhatian koran-koran Ohio. Ini terlihat dari sebuah artikel yang terbit dalam Dayton Daily News, 2 Januari 1981—tiga tahun dan dua bulan sesudah terjadinya tindak kejahatan terakhir:


PENIPU ATAU KORBAN?
ALAH SATUNYA KETERANGAN TENTANG KASUS MILLIGAN

Oleh Joe Fenley


William Stanley Milligan adalah seseorang bermasalah, yang menjalani eksistensi bermasalah.
Jika dia bukan pemain sandiwara unggul, yang telah mengelabui masyarakat dan menghindari hukuman atas kejahatan dengan kekerasan, berarti dia sungguh-sungguh seorang korban gangguan kepribadian majemuk. Kedua kemungkinan ini tampak sama-sama mengerikan …
Hanya waktu yang akan mengungkapkan apakah Milligan telah berhasil mempermainkan dunia atau justru salah seorang korban dunia yang paling menyedihkan …

Mungkin, sekaranglah waktunya.


D.K.
Athens, Ohio
3 Januari 1981