Bung Karno memimpikan bangsanya bersemangat elang perkasa, ia mencitacitakan rakyatnya menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, berjiwa api yang menyala-nyala. Sang Putera Fajar
seolah-olah juga tidak pernah mengenal lelah untuk membangunkan, menyadarkan kembali, menggembleng manusia Indonesia agar bangun, tegak berdiri, tegap melangkah mewujudkan Indonesia jaya, yang salah satunya dengan menggelorakan suatu perubahan besar mentalitas, sebuah Gerakan Hidup Baru yang disebutnya sebagai “Revolusi Mental.”
Revolusi mental pada hakikatnya adalah sebuah ajakan perubahan, perbaikan menuju kebaikan dan meninggalkan segala penyakit mentalitas yang mengerogoti mentaliteit anak bangsa, baik di masyarakat maupun kalangan pemerintahan. Revolusi mental menurut Bung Karno menghendaki manusia Indonesia untuk meninggalkan kemalasan, korupsi, individualisme, ego-sentrisme, ketamakan, keliaran, kekoboian, kemesuman, keinlanderan, dan menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya, menjadi Manusia Pembina.
Jauh sebelum menggelorakan revolusi mental, Bung Karno telah melakukan revolusi mental untuk dirinya sendiri. Ia telah menggembleng jiwa dan raganya terlebih dahulu untuk menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya, pemimpin bagi rakyatnya, nasionalis unggul, dan penyambung lidah rakyat Indonesia. Kemudian, ia berupaya keras membangun dan menggembleng mentalitas bangsanya agar menjadi manusia paripurna, sebaliknya tidak menjadi bangsa kuli atau menjadi kuli bangsa-bangsa lain “een natie van koelies, en een koelie onder de naties.”
Buku ini menguak dan menjlentrehkan revolusi mental dengan melihat sisi-sisi humanisme Bung Karno melalui ucapan, tindakan, dan kehidupan keseharian sang Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
ENDORSEMENT
“Bung Karno dapat disebut sebagai contoh kebenaran firman Allah, “Jangan kalian kira orang yang meninggal di jalan Allah (selalu berjuang untuk kebaikan) itu sungguh mati, sebenarnya mereka itu masih hidup”. Demikianlah Bung Karno, meski orangnya sudah meninggal, tetapi ide-idenya tetap selalu hidup bersama bangsa Indonesia. Setiap ada persoalan bangsa ini masih selalu bertanya pada Bung Karno, ya soal politik, ideologi, kebhinekaan, budaya, ekonomi, hukum, seni, dan sebagainya. Pada saat kita gencar ingin melakukan revolusi mental seperti sekarang ini, kita pun bisa bertanya kepada Bung Karno melalui khazanah yang diwariskannya. Buku Bung Karno dan Revolusi Mental ini contohnya.”
—Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi 2008-2013
“Satu Tahun Ketentuan (A Year of Decision), adalah amanat Bung Karno pada 17 Agustus 1957. Di situlah Bung Karno menggelorakan revolusi mental dalam fase pembangunan nation-building. Bung Karno mengatakan, kita perlu revolusi mental untuk mengatasi segala penyelewangan. Tidak keliru jika Revolusi Mental menjadi bagian penting dalam platform kabinet kerja Jokowi – JK. Buku Bung Karno dan Revolusi Mental, karya Sigit Aris Prasetyo ini mengingatkan kita tentang pentingnya revolusi mental di tengah segala bentuk penyelewengan.”
Puti Guntur Soekarno, politisi, cucu Bung Karno
“Begitu pentingnya revolusi mental, Bung Karno harus merasa perlu untuk mengatakan,”...Gerakan hidup baru adalah satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.” Jadikan buku karya Sigit Aris Prasetyo ini ubo-rampe dan kembang setaman. Semoga Tuhan mengabulkan.”
Roso Daras, Ketua Dewan Pembina Yayasan Aku dan Sukarno
“Revolusi Mental yang digagas Presiden Sukarno telah dirumuskan menjadi "Gerakan Nasional" oleh Presiden Jokowi sejak 2015. GNRM (Gerakan Nasional Revolusi Mental) difokuskan pada upaya meningkatkan kualitas tiga nilai dasar manusia Indonesia: integritas, etos kerja, dan gotong-royong. Ini tugas yang tidak mudah. Tetapi, sudah banyak yang sudah, sedang, dan akan dilakukan pada berbagai tingkatan masyarakat, pemerintahan, dan swasta.”
Budiarto Shambazy, Anggota Pokja/Konsultan Geakan Nasional Revolusi Mental