“Tuhan, semoga Engkau setuju bahwa saya sudah cukup usia untuk mengemban tanggung jawab lebih.
Bukan hanya tanggung jawab kepada diri saya saja,
tapi juga kepada seseorang yang Engkau percayai kepada saya hatinya ...
entah siapa dia.
Berikan petunjuk kepada siapa hati ini harus menjaga ....
Saya siap menjaganya ...
dia yang entah ada di mana saat ini,
yang akan kau titipkan untuk menjadi istri saya ....”
Aku sempat menjadi manusia yang kecewa dengan takdir.
Tentang sesuatu yang kuinginkan, tentang dia yang selama ini memenuhi relung hati.
Kepergiannya menghancurkan semua harapan.
Tapi, dunia berputar dengan cepat saat aku sadar,
jika menerima takdir ini adalah hal yang paling benar.
Dan saat itu pula aku menemukan ketenangan jiwa,
poros yang sebenarnya Tuhan telah gariskan untukku.
Rasa sakit yang harus kudapatkan, menempa hati menjadi pemilik hak cintanya.
Dan saat itu juga aku dipertemukan dengan belahan jiwa yang sesungguhnya.