"APA KAU BILANG?!?” mata Daeng Rate berkilat marah ketika mendengar sebuah kalimat yang terlontar dari bibir anak perempuan satu-satunya, Rimang. Di hadapannya, Rimang duduk takut-takut. Telapak tangan gadis enam belas tahun itu sudah basah oleh keringatnya sendiri. Daeng Rate benar-benar seperti harimau kelaparan kalau sudah marah, "Kalau ada yang menentang adat itu, kampung kita bakal kena tulah, Rimang. Kau mau kita semua tertimpa musibah? Penjaga Gunung Bawakaraeng pasti marah."