Sayangku Marwan, kupandang lekuk wajahmu
di bawah sinar bulan yang nyaris penuh,
Anakku, bulu matamu bagaikan kaligrafi,
tertutup dalam tidur yang nyenyak.
Dan kukatakan kepadamu, “Genggam erat tanganku.
Tidak akan ada hal buruk yang terjadi.”
Khaled Hosseini menulis buku ini sebagai keprihatinan atas krisis pengungsi yang saat ini terjadi di dunia. Dia tergugah oleh foto Alan Kurdi, bocah pengungsi Suriah usia 3 tahun, yang jenazahnya terdampar di sebuah pantai di Turki.
Khaled ingin memberi penghormatan pada jutaan keluarga yang tercerai-berai dan terusir dari rumah mereka gara-gara perang. Sebagian royalti buku ini akan disumbangkan ke UNHCR dan Yayasan Khaled Hosseini untuk membantu para pengungsi di seluruh dunia.
------
Cahaya rembulan menerangi pantai, tempat seorang ayah menimang anak lelakinya yang tertidur. Mereka menanti fajar merekah, menanti perahu tiba. Sang ayah bercerita tentang musim panas kala dia masih kanak-kanak, mengenang rumah kakeknya di Suriah, gemerisik pepohonan zaitun yang diterpa angina sepoi-sepoi, embik kambing-kambing neneknya, dentang panci-panci masaknya. Dia juga mengenang Kota Homs dan jalan-jalannya yang ramai, masjid, dan pasar raya … sebelum bom-bom berjatuhan dari langit, dan mereka harus mengungsi.
Ketika matahari terbit, sang ayah dan anak, beserta semua pengungsi yang berkumpul di pantai, harus mengumpulkan barang bawaan mereka dan memulai perjalanan laut yang penuh bahaya demi mencari suaka.
Khaled Hosseini akan mendonasikan sebagian royalti penulis
atas buku ini pada UNHCR, UN Refugee Agency,
dan Yayasan Khaled Hosseini untuk membantu para pengungsi
di seluruh dunia.
Cari tahu lebih banyak tentang UNHCR di unher.org/khaled-hosseini