Al-Qur'an-bagi pembacanya, siapa pun-memberi kesan bahwa isinya tidak sistematis. Peralihan pokok pembicaraan dari satu bagian ke bagian berikutnya tampaknya tidak mengikuti suatu organizing principle (aturan pengurutan tertentu), entah dari segi isi, masa dan tempat turun, konteks, dan sebagainya.
Lalu, timbul pertanyaan: bagaimana orang menangkap ide-ide utama yang ingin al-Qur'an sampaikan tentang pelbagai hal yang penting dan perlu kita ketahui-misalnya, bagaimana al-Qur'an bicara tentang Tuhan, manusia, dan alam?
Dalam buku ini, Fazlur Rahman memberi kontribusi penting bagi pemetaan kandungan al-Qur'an yang terdiri atas 6.000 lebih ayat itu menjadi 8 tema utama: (1) Tuhan. (2) Manusia sebagai Individu. (3) Manusia dalam Masyarakat. (4) Alam Semesta. (5) Kenabian dan Wahyu. (6) Eskatologi. (7) Setan dan Kejahatan. (8) Kelahiran Masyarakat Muslim.
Pemetaan Rahman atas tema-tema al-Qur'an ini berdasarkan prinsip utama: al-Qur'an diturunkan bagi manusia! Pendekatan berwatak antroposentris ini tampaknya bukan sekadar mewakili concern intelektual, melainkan juga concern pragmatikal Rahman. Yakni, bahwa al-Qur'an bukan hanya dapat dipahami oleh akal manusia, melainkan juga diturunkan demi mengarahkan gerak sejarah kepada tujuan yang dikehendakinya: umat manusia yang berkeadilan dan berkeadaban.
Hampir seluruh karya Fazlur Rahman tentang Islam telah menjadi klasik karena dikerjakan dengan sangat metodologis. Rahman menguasai ilmu ulama yang paling alim dan juga mendalami karya-karya orientalis dengan sikap kritis dan apresiatif. Tema-Tema Pokok Al-Qur'an ini adalah saksi hidup dari penilaian saya ini.
--Ahmad Syafii Maarif, murid Fazlur Rahman
Fazlur Rahman adalah satu di antara sangat sedikit pemikir Muslim yang menguasai secara hampir merata berbagai bidang kajian dalam Ilmu Keislaman, khususnya jika hal itu difokuskan pada epistemnya. Dalam bidang Tafsir al-Qur'an, Rahman memperkenalkan metode yang dikenal dengan "Double Movement", yang dalam perkembangan selanjutnya memberi inspirasi bagi munculnya Tafsir al-Qur'an yang historis-kontekstual. Ketika metode itu diterapkan sendiri oleh Fazlur Rahman, lahirlah Tema-Tema Pokok Al-Qur'an, sebuah buku referensi yang kini sudah menjadi klasik. Maka, jika ada buku yang harus dibaca oleh semua kaum terpelajar Muslim, apa pun latar belakang akademik mereka, maka Tema-Tema Pokok dalam Al-Qur'an adalah buku itu.
--Prof. Dr. Afif Muhammad, UIN Bandung
Buku ini membiarkan al-Qur'an berbicara sendiri secara logis dan sistematis tentang tema-tema pokok ajaran Islam, serta menjadikan monoteisme dan humanisme sebagai titik pijak argumentasinya. Dengan cara itu, ia juga menjaga kitab suci umat Islam ini dari tarikan ideologi para pengkajinya, baik Muslim maupun non-Muslim. Mereka yang bergumul dengan kajian keislaman dan al-Qur'an khususnya wajib membaca karya brilian Fazlur Rahman ini.
--Dr. Aksin Wijaya, Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo
Dengan pisau analisis berupa metode tafsir tematik yang khas, buku ini menyuguhkan dengan menarik tentang tema-tema pokok al-Quran. Buku ini adalah contoh pendekatan modern dalam membaca tema-tema pokok al-Qur'an.
--Prof. Dr. Rosihon Anwar, Guru Besar Tafsir UIN Bandung
Sekitar 30 tahun yang lalu, saya sangat terkesan dengan apa yang disampaikan oleh Prof. Fazlur Rahman di kelas beliau, di kantornya sendiri Neareastern Languages and Civilizations, University of Chicago. Kelas tersebut diberi nama Reading in the Quran. Uraian-uraian beliau yang sebagian besar diambil dari tema-tema yang ada dalam buku ini, cukup berbeda dari penyajian al-Qur'an yang lain-lain. Dengan metode tematik, yang pada saat itu belum begitu banyak dilakukan, dan latar belakang filsafat-teologis yang kental, Fazlur Rahman memberikan penafsiran yang rasional-filosofis, sekalipun beliau sendiri menginginkan karya ini bisa "menyingkap apa yang sesungguhnya yang hendak dikatakan al-Qur'an tentang Tuhan, manusia, dan masyarakat."
Nuansa logis, teologis, dan filosofis tersebut, misalnya, bisa dilihat dari pernyataannya bahwa "alam berjalan dengan hukumnya sendiri yang diletakkan secara inheren oleh Tuhan dan karena itu bersifat otonom." Ini tentunya lebih mencerminkan pandangan Mu'tazilah dan filosof ketimbang pandangan mayoritas ulama Asy'ariyah, termasuk al-Ghazali yang menentang realitas kausalitas.
Membaca kembali buku Tema-Tema Pokok Al-Qur'an, serasa memutar balik apa yang saya alami dan rasakan di kelas Prof. Fazlur Rahman, seakan-akan kelas beliau hidup kembali. Sungguh karya ini, apabila ditekuni, merupakan sebuah karya yang sistematis, rasional, sangat menarik, meski dalam beberapa hal agak kontroversial.
Buku ini sudah menjadi keharusan bagi siapa saja yang ingin mengetahui secara mendalam apa pandangan al-Qur'an tentang Tuhan, manusia, dan alam. Oleh karena itu, buku ini harus menjadi rujukan utama semua kalangan: akademisi, mahasiswa, dan kaum intelektual Islam pada umumnya.
--Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Pakar filsafat dan spiritualitas Islam
Al-Qur'an mengandung ajaran pokok dan ajaran cabang. Yang pokok bersifat tetap tak berubah. Sementara yang cabang terbuka kemungkinan untuk terus ditafsirkan sesuai dengan perkembangan peradaban umat manusia. Melalui buku ini, Fazlur Rahman bukan hanya menyuguhkan mana ayat yang pokok dan mana yang cabang, melainkan juga bagaimana membaca dua jenis ayat itu secara konseptual.
--Dr. Abdul Moqsith Ghazali Lembaga Bahtsul Masail PBNU, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari 6.000 lebih ayat al-Qur'an, orang tentu bisa memetakan tema-tema tertentu, dengan berbagai pendekatan-dan hasilnya tentu berlainan, baik dari segi nama dan jumlah tema, maupun paradigma yang dipakai. Orang bisa saja memetakan kandungan al-Qur'an itu, misalnya, dengan pendekatan Rukun Iman dan Rukun Islam; trilogi Islam-Iman-Ihsan; trilogi syariah-hakikat-ma'rifat; kategori ayat muhkamat-mutasyabihat; tipologi ayat-ayat Makiyah?Madaniyah; trilogi Tuhan-alam-manusia; disiplin keilmuan tauhid, fiqih (syariat), sirah, ibadah, muamalah, dll. Apa pun pemetaan tema yang dipakai, tingkat keberhasilannya diukur dari sejauh mana ia mampu melingkupi dan menjelaskan realitas secara relatif utuh, terpadu, saling berkait, dan sederhana. Lebih dari itu, ia mesti memiliki explaining power yang mampu memberi penjelasan terhadap realitas yang terus berubah dan ilmu penge-tahuan yang terus berkembang. Ini sebuah tugas yang tidak sederhana. Di sini Fazlur Rahman memberi kontribusi penting tentang pemetaan tema-tema pokok al-Qur'an-sebuah langkah penting yang hingga kini masih relevan dalam disiplin ilmu-ilmu al-Quran (ulum al-Qur'an, Quranic studies)
--Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal
Sebagai narasi kelisanan, al-Qur'an tidak bisa dilepaskan dari struktur psikososial dan konteks budaya di mana ia dikomunikasikan. Pada sisi yang lain, narasi al-Qur'an tidak tersusun secara tematik. Padahal, kebutuhan umat Islam adalah memahami pesan al-Qur'an secara konseptual. Melalui karyanya ini, Fazlur Rahman berhasil membantu kita di dalam mengarungi makna al-Qur'an secara konseptual. Ia menjadi perangkat keilmuan agar kita lebih akrab dalam merengkuh pesan-pesan al-Qur'an.
--Dr. Islah Gusmian, Dosen Ilmu Tafsir IAIN Surakarta
Ciri yang segera bisa dikenali dari pemikiran Rahman tentang al-Qur'an adalah penekanannya pada sisi manusiawinya: bahwa ia adalah sebuah kitab yang sepenuhnya ditujukan bagi keperluan manusia. Implikasinya, al-Qur'an, yang diterima sebagai berasal dari Tuhan (secara ta'abbudi), mestilah tetap dapat dipahami dengan akal manusia (ta'aqquli). Pendekatan seperti ini cocok dengan cara keberagamaan yang lebih mengapresiasi akal dan kebebasan berpikir, juga pertimbangan kesejarahan sejak saat diwahyukannya, tanpa mesti terjatuh kepada relativisme dan solipsisme modern.
--Dr. Haidar Bagir, Pakar filsafat dan spiritualitas Islam