PEMIMPIN CINTA: MENGELOLA SEKOLAH GURU

Rp. 89,000

Rp. {{ formatPrice(priceCheck.pdf.price) }}

(Pdf) +

Rp. {{ formatPrice(priceCheck.hard_copy.price) }}

(Hard Copy)
Type
Qty Stock : Available
Qty
Stock : 1
Note
Mizan Store
Jakarta
4.5

“Apa yang dilakukan direktur baru? Nol! Tidak ada action sama sekali. Kerjanya Cuma rapat saja.” Hasil angket yang diturunkan oleh Pak Syamril menunjukkan popularitas saya di bawah 60% dari populasi. Bahkan dalam pertanyaan terbuka, beberapa orang menginginkan saya dicopot saja dari jabatan saya. Menjadi orang baru di lingkungan yang juga baru memang tidaklah mudah, apalagi jika posisinya adalah seorang pemimpin. Selain harus beradaptasi dengan cuaca dan adat, juga berhadapan dengan tekanan-tekanan dari orang-orang sekitar. Itulah yang dirasakan oleh pengarang Pemimpin Cinta (Edi Sutarto) saat menjadi Direktur Athirah di masa-masa awal. Kebijakan-kebijakan dan terobosan-terobosannya banyak ditentang, bahkan oleh para bawahannya. Tentang kedisiplinan, rolling SDM secara besar-besaran sesuai dengan kapasitasnya, program-program baru, dan lain sebagainya. Tapi, itulah makna sebuah perubahan. Seorang pemimpin seringkali harus membuat kebijakan yang tidak populer demi menggulirkan perubahan terbaik dalam masyarakat yang dipimpinnya. Terlebih memimpin pengelolaan sekolah tidaklah sama dengan memimpin sebuah perusahaan. Diperlukan lebih dari sekadar kemampuan manajerial dalam mengelola sekolah. Apabila bottom line dari kegiatan perusahaan adalah laba, maka output dari sekolah adalah manusia-manusia, yang tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga berkarakter dan berbudi. Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan manajemen fisik, manajemen rasa, manajemen kecerdasan, dan manajemen hati. Dalam buku ini, pengarang berbagi pengetahuan dan pengalaman bagaimana mengelola jaringan sekolah Athirah di Sulawesi Selatan sehingga menjadi sekolah para juara dan unggul dalam waktu yang relatif singkat, yaitu dari 2011 sampai 2014.