Diperlukan waktu bermiliar-miliar tahun
untuk menciptakan seorang manusia.
Dan diperlukan hanya beberapa detik untuk mati.
Di Pulau Taveuni, Fiji, sejumlah orang tanpa sengaja berkumpul. Setiap dari mereka diam-diam menyimpan luka di hati. John Spooke, seorang penulis Inggris, masih berduka akan kematian istrinya. Frank Andersen, seorang ahli biologi evolusioner dari Norwegia, kehilangan seorang anak dalam sebuah kecelakaan tragis dan berpisah dari istrinya.
Di antara mereka, tidak ada yang lebih menarik perhatian daripada Ana dan José, pasangan penuh teka-teki dari Spanyol. Mengapa mereka kerap saling melontarkan kalimat-kalimat ganjil tentang alam semesta dan Joker? Mengapa Ana begitu mirip dengan model lukisan Maja karya Goya yang terkenal? Dan siapakah Joker itu? Apa hubungannya dengan Maya, “ilusi-dunia”?
Novel Jostein Gaarder ini menyoroti gagasan-gagasan yang besar: penciptaan alam semesta, evolusi kehidupan di atas bumi, munculnya manusia, dan tujuan dari keberadaan manusia.
“Novel yang sarat gagasan.
Menghibur sekaligus penuh hikmah.”
—Daily Mail
“Pengarang best-seller Dunia Sophie kembali dengan petualangan filosofis yang menakjubkan ... kali ini memasuki dunia makna hidup dan cinta. Sangat menggoda!”
—The Scotsman
“Anda akan selalu menemukan kejutan setiap kali membaca buku Jostein Gaarder, Dunia Maya tidak terkecuali. Sebuah novel yang filosofis, misterius,
dan mengejutkan. Sungguh memikat.”
—Bookcrossing
“Berani dan imajinatif.”
—Waterstones Quarterly
♣
Kita melahirkan dan dilahirkan oleh sebuah jiwa yang tak kita kenal.
Kita adalah teka-teki yang tak teterka siapa pun.
Kita adalah dongeng yang terperangkap dalam khayalannya sendiri.
Kita adalah apa yang terus berjalan tanpa pernah tiba pada pengertian.
♦
Sang mata yang meneliti alam semesta adalah mata alam semesta itu sendiri.
♥
Apakah dongeng benar-benar akan menjadi dongeng jika ia tidak bisa
melihat dirinya sendiri? Apakah kehidupan sehari-hari akan menjadi keajaiban
jika ia terus-menerus berkeliling untuk menjelaskan dirinya sendiri?
♠
Ia tahu ia akan pergi, maka ia sudah setengah-pergi.
Ia akan pergi ke Ketiadaan. Begitu tiba, ia bahkan tidak akan dapat bermimpi
untuk pulang. Ia menuju dunia yang di sana bahkan tidak ada tidur.