Catatan-catatan, atau kuliah lewat Twitter yang populer disebut kultwit, tak terasa sudah tiga tahun lebih. Isinya mencakup banyak segi, seperti terlihat dari urutan pembagian dalam buku ini: bahasa, teknik menulis hingga detail-detail dan tip membuat kalimat, sampai pengetahuan umum tentang media di zaman yang berubah sangat cepat ini. Agar tak rancu dan lebih umum, tanda setiap twit berubah menjadi #kelaSelasa.
SECARA mikro, “Kelas Selasa” dengan sendirinya merupakan cermin semangat “demokrasi” di Tempo, yaitu semangat untuk merawat kebersamaan di dalam keberagaman.
Amarzan Loebis, Wartawan Senior
MENJADI wartawan adalah sesuatu yang melekat pada tubuh dan pikiran; bukan sekadar label. Karena itu keinginan untuk memperbaiki kemampuan liputan, melontarkan pertanyaan hingga menulis harus selalu membara. Mereka yang datang pada hari Selasa di kantor Tempo untuk mendengarkan evaluasi isi Tempo adalah wartawan yang sesungguhnya, yang selalu ingin memperbaiki mutu karyanya. Buku ini juga akan dibaca dan dipelajari dengan seksama oleh mereka yang tahu bahwa proses belajar tak pernah berhenti.
Leila S.Chudori, Penulis novel “Pulang” dan kumpulan cerita “9 dari Nadira”
LEBIH dari sekadar meliput dan melaporkan, jurnalisme adalah proses meragukan fakta, menguji hipotesa: sebuah ikhtiar mencari kebenaran. Menulis adalah upaya menyampaikan fakta jurnalistik itu: bahasa diolah sedemikian rupa agar paragraf demi paragraf sedapat mungkin merepresentasikan fakta bukanimajinasi penulis. Inilah yang membedakan karya jurnalistik dan prosa dalam karya sastra. #kelaSelasa adalah catatan atas proses jurnalistik itu: petunjuk tentang apa yang boleh dan sebaiknya dihindari. Buku ini adalah buah ketekunan penulis dalam mengikuti kelas kelas jurnalistik di sekolah bernama Tempo.
Arif Zulkifli, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo
Untuk pembelian hardcopy bisa menghubungi CS (Customer Service)/ 021 5360409