Alverstoke menatap gadis itu penasaran. “Tidak adakah yang kau inginkan, Frederica?”
“Aku?” kata Frederica sambil mengernyitkan hidung. “Tentu saja ada! Misalnya saja, aku ingin Charis menuai perhatian publik—dan keinginan itu sudah tercapai! Selain itu—”
“Aku semestinya mengatakan, ‘keinginan untuk dirimu sendiri’,” potong Alverstoke.
Setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, Frederica—putri sulung keluarga Merrivile—merasa bertanggung jawab mengurusi adik-adiknya. Apa pun akan Frederica lakukan agar mereka mendapatkan kehidupan yang layak. Bahkan demi memperkenalkan sang adik yang berparas jelita pada kalangan atas, Frederica nekat meminta bantuan sepupu jauhnya, sang bangsawan kaya yang terkenal dingin dan angkuh.
Lord Alverstoke masih hidup melajang di usianya yang matang karena sifatnya mudah bosan. Namun demikian, dia tak dapat menampik pesona kecantikan Charis, adik Frederica. Dia pun bersedia memperkenalkan Charis pada tamu-tamu yang terhormat dalam sebuah pesta dansa di kediamannya. Bahkan dia menyanggupi permintaan Frederica untuk menjadi wali atas adik-adiknya.
Mendapati kedermawanan Lord Alverstoke, Frederica berterima kasih sekaligus keheranan. Mengapa lelaki itu bersedia membantunya? Mungkinkah dia menaruh hati pada Charis? Atau dia hanya ingin membuat Frederica terkesan—seperti yang biasa dilakukannya terhadap perempuan-perempuan lain? Frederica tidak tahu bahwa di balik segala pertolongan Lord Alverstoke, ada rencana yang disusunnya. Sebuah rencana yang kelak mengubah pandangan lelaki itu terhadap cinta dan keluarga.