Sejak masa kolonial Belanda, Bojonegoro telah termasyhur karena kemiskinannya. Sampai-sampai C. L. M. Penders, sejarawan Australia, menyebutnya sebagai endemic poverty. Permasalahan Bojonegoro begitu kompleks. Mulai dari kontur tanahnya yang labil hingga banjir dan kekeringan yang silih berganti.
Namun, belum lama ini Bojonegoro mendapat berkah. Tanahnya menyimpan potensi migas yang besar. Jika tidak diolah dengan baik, berkah itu bisa menjelma musibah. Untunglah, masyarakat Bojonegoro tidak lagi terbuai oleh “konsep anugerah”. Kini, pendapatan migas disisihkan untuk dana abadi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Kondisi ini tentunya tidak terjadi dengan tiba-tiba. Ada faktor leadership yang mampu membawa masyarakat pada “konsep perjuangan”. Transformasi Bojonegoro lahir dari terobosan-terobosan pimpinannya yang asertif, inovatif, dan berani menantang arus.
Inilah kisah luar biasa yang menginspirasi dunia dan wajib dibaca oleh mereka yang mendambakan perubahan.