Kekacauan yang terjadi di tanah air banyak diopinikan sebagai berkaitan dengan soal agama, namun keyakinan saya bergeming: itu hanya buntut persoalan. Persoalan sejatinya ialah ulah pihak berkepentingan (politik/kekuasaan) yang bisanya cuma mengajak Tuhan untuk mendukung kepentingannya, namun tidak ditunjang oleh kemampuannya sendiri. DIkiranya Tuhan adalah pandai besi yang sewaktu-waktu bisa mereka minta buatkan pedang untuk melawan hamba-hamba-Nya sendiri. Masya Allah.
Demikian, karena kekacauan itu, melihat manusia secara utuh sebagaimana adanya adalah barang luks. Apalagi bila manusia itu merupakan pihak yang kalah oleh kekuasaan. Seberapa banyak orang yang mengetahui sirah, riwayat lengkap kehidupan al-Hallaj, misalnya? Bahkan kisah tokoh kita sendiri, Syaikh Siti Abdul Jalil atau Syaikh Siti Jenar. Banyak di antara kita hanya tahu bahwa wali songo tinari itu telah dihukum mati, sebagaimana al-Hallaj, karena ajarannya dianggap menyimpang. Bagaimana kira-kira wajah sejarah seandainya yang dekat dengan pusat kekuasaan saat itu justru Syaikh Siti Jenar? Apa yang bakal terjadi jika "akidah" penguasa sama dengan Syaikh Siti Jenar?
Buku-buku yang ditulis belakangan tentang "tokoh kontroversial" itu umumnya sekadar menjelaskan sebab musabab kenapa ia dihukum. Orang hampir tak pernah disuguhi riwayat pribadinya sebagai manusia beriman. Untunglah ada Saudara Agus Sunyoto yang menyusun buku tentang tokoh legendaris itu dengan maraji' (referensi) yang lain sehingga kita bisa membaca riwayat hidupnya yang hanya kita kenal sebagai "pesakitan" saja.
(KH Ahmad Mustofa Bisri dalam Kata Pengantar)
KEUNGGULAN:
-
Penulis adalah tokoh yang diakui kepakarannya dalam sejarah Islam Nusantara. Dia juga menjadi Ketua Lesbumi NU.
-
Sejarah Siti Jenar dengan perspektif yang berbeda dari sejarah maenstream.