DIN SYAMSUDDIN DARI SUMBAWA UNTUK DUNIA

Rp. 69,000

Rp. {{ formatPrice(priceCheck.pdf.price) }}

(Pdf) +

Rp. {{ formatPrice(priceCheck.hard_copy.price) }}

(Hard Copy)
Type
Qty Stock : Available
Qty
Stock : 260
Note
Mizan Store
Jakarta
4.5

Siapa tak kenal sosok Prof. Dr. KH. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A. yang lebih dikenal dengan sebutan Din Syamsuddin? Posisinya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode (2005-2010) dan (2010-2015), serta Ketua Umum MUI (2014-2015), serta berbagai posisi strategis lainnya di level nasional dan internasional menempatkan Din sebagai news maker. Pelbagai tulisan, opini, komentar, dan kegiatan Din juga dimuat di media-media secara luas.

 

     Di samping sebagai figur publik—sebagai ulama, cendekiawan, organisator, politisi, dosen, dan aktivis—yang sering diberitakan, Din punya sisi personal yang tidak banyak diketahui orang. Siapa sangka, misalnya, bahwa Din kecil tiap hari menjajakan kue bikinan ibunya di sekolah, pergi ke sekolah tanpa alas kaki, dan mencuci baju di kali. Tapi, ada satu hal yang membedakan Din kecil dengan anak kampung lainnya: tekad besarnya menjadi ulama. Tekad itulah yang membawa dia dari kampungnya di Sumbawa ke Pondok Modern Darussalam Gontor selepas SMP—meski izin dari orangtuanya keluar setelah dia berpura-pura gila! Di Gontor inilah Din tampaknya menemukan kawah candradimukanya untuk mewujudkan impiannya itu. Di samping mempelajari ilmu-ilmu keislaman, Din juga menekuni bahasa Inggris dan Arab—dua alat yang kelak memuluskannya mengembara dan berpikrah di dunia internasional.

 

         Di UIN (dulu IAIN) Jakarta—tempat Din belajar selepas lulus dari Gontor—Din menemukan dunia baru: aktivitas kemahasiswaan yang menggairahkan. Di sinilah Din—yang dibesarkan di keluarga NU, mendapatkan pendidikan dasar dan menengah di madrasah NU,  bahkan pernah menjadi ketua Ikatan Pelajar NU (IPNU)—mengalami titik balik (turning point) yang amat menentukan: aktif di IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Dari sini karier Din di Persyarikatan Muhammadiyah berkembang pesat: dari Ketua IMM, kemudian Ketua Pemuda Muhammadiyah, lalu Wakil Ketua Umum PP Muhammadiyah hingga akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah selama dua periode berturut-turut.

 

      Kiprah Din tidak sebatas di ranah domestik, tetapi meluas ke kancah internasional, misalnya Ketua World Peace Forum (WPF); Presiden Asian Committee on Religions for Peace (ACRP), bermarkas di Tokyo; Presiden Kehormatan World Conference on Religions for Peace (WCRP), berbasis di New York; Anggota Strategic Alliance Russia–Islamic World; Anggota Advisory Forum of King Abdullah International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue yang berkedudukan di Wina, Austria; Anggota Advisory Council of OIC Salam Messaging Centre, Jeddah; Anggota United Kingdom-Indonesia Islamic Advisory Forum. Din juga pernah dipercaya memberi sambutan atas nama umat Islam di hadapan Paus Fransiskus di Assisi; pada General Assembly of World Council of Churches di Busan, Korea, dan pada General Assembly of World Jewish Congress di Budapest, Hongaria. Din yang pernah menerima Bintang Kehormatan dari beberapa negara seperti Malaysia, Yordania, Italia, China, dan Jepang, akhir Maret 2017 menerima Gelar Doktor Honoris Causa dari University of Fatoni, Thailand, atas jasanya dalam pengembangan pemikiran dan peradaban Islam.

 

      Di dalam negeri, Din tetap berkiprah di almama-ternya sebagai Guru Besar Pemikiran Politik Islam pada FISIP UIN Jakarta; Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu; dan Ketua Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM), sebuah gerakan lintas agama, suku, profesi, dan gender untuk kemanusiaan, kemajemukan, dan kebersamaan.

 

        Dengan segala pengalaman dan kiprahnya di level nasional dan internasionalnya itu, Din tidak lupa kepada asal-usulnya: Sumbawa. Maka, Din sekarang merintis sebuah pesantren modern internasional di Sumbawa dengan semboyan: Dari Desa Mengubah Dunia.

 

        Selain itu, di dalam buku ini ada kisah-kisah human interest yang menarik, misalnya bagaimana Din melakukan diplomasi pisang raja dan kitab kuning hingga berhasil membebaskan seorang TKW dari ancaman hukuman mati di Uni Emirat Arab; bagaimana Din nyaris mengalami kecelakaan maut dalam kebakaran pesawat; bagaimana Din menikah dengan seorang anak SMA menjelang keberangkatan studi S2 ke Amerika; bagaimana Din menolong seorang ibu yang kerepotan di bandara.

 

      Pendeknya, buku ini menampilkan catatan hidup personal yang belum banyak diketahui publik tentang seorang tokoh Islam Indonesia asal  Sumbawa yang terus menyuarakan Islam rahmatan lil 'alamin kepada dunia.